Kemitraan Strategis Komprehensif Tiongkok-Indonesia Satu Dekade ke Depan Akan Lebih Baik, Begitu Juga Pembangunan Bersama Belt and Road Tiongkok-Indonesia Satu Dekade ke Depan

2023-10-25 18:37

Pada tanggal 25 Oktober, Bapak Zhou Kan, Chargé d'Affaires Kedutaan Besar Tiongkok Untuk Indonesia menghadiri Seminar Refleksi Satu Dekade Relasi Indonesia-Tiongkok Di Era Belt and Road Initiative dan memberikan sambutan. Bapak Laksamana Madya TNI (Purn.) Amarulla Octavian, Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Indonesia (BRIN), Bapak Laksamana TNI (Purn.) Marsetio, Penasehat Khusus Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Bapak Djauhari Oratmangun, Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok, serta Bapak Yayan Ganda Hayat Mulyana, Kepala Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri, menghadiri seminar tersebut dan menyampaikan sambutan. Hampir 30 pakar dan cendekiawan dari berbagai negara termasuk Fudan University, Central China Normal University, Xiamen University, Jinan University, Guangdong University of Foreign Studies, Centre for Strategic and International Studies Indonesia, Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Islam Internasional Indonesia, dan ISEAS-Yusof Ishak Institute berpartisipasi dalam diskusi.

Berikut naskah lengkap sambutan Chargé d' Affaires Zhou Kan:

Tema seminar kali ini adalah "Refleksi Satu Dekade Relasi Indonesia-Tiongkok di Era Belt and Road Initiative", yang bisa dikatakan sangat tepat pada waktunya.

Sepuluh tahun yang lalu, Presiden Xi Jinping secara berturut-turut mengusulkan pembangunan bersama "Sabuk Ekonomi Jalur Sutra (Silk Road Economic Belt)" dan "Jalan Sutra Maritim Abad Ke-21 (21st Century Maritime Silk Road)" di Kazakhstan dan Indonesia, memulai inisiatif besar Belt and Road. Selama 10 tahun terakhir, bersama dengan lebih dari 150 negara, termasuk Indonesia, dan lebih dari 30 organisasi internasional, Tiongkok telah memperkuat Semangat Jalur Sutra (Silk Road Spirit) yang damai, kerja sama, terbuka, inklusif, saling belajar, dan saling menguntungkan, dengan menandatangani lebih dari 200 dokumen kerja sama dalam Belt and Road Initiative, membentuk lebih dari 3000 proyek kerja sama, menciptakan 420.000 lapangan kerja untuk negara-negara di sepanjang jalur, mendorong investasi triliunan dolar AS, membentuk struktur konektivitas "Enam Koridor, Enam Jalan, Banyak Negara, Banyak Pelabuhan", dan membangun platform kerja sama ekonomi internasional terbesar sepanjang sejarah, yang memberikan dorongan kuat bagi pertumbuhan ekonomi global dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sepuluh tahun berlalu, Belt and Road telah membawa hasil yang melimpah dan kembali membuka babak baru dalam sejarahnya. Seminggu yang lalu, Tiongkok sukses menyelenggarakan Forum Kerja Sama Internasional Belt and Road (Belt and Road Forum for International Cooperation/BRF) yang ke-3, di mana perwakilan dari 151 negara dan 41 organisasi internasional berkumpul di Beijing untuk merayakan acara tersebut. Presiden Xi Jinping secara komprehensif meninjau kembali hasil kerja sama Belt and Road dan mengusulkan delapan tindakan, termasuk membangun jaringan konektivitas Belt and Road yang multidimensi, mendukung perekonomian dunia yang terbuka, melaksanakan kerja sama kongkrit, mendorong pembangunan hijau, mendorong pengembangan inovasi iptek, mendukung pertukaran antar masyarakat, mendorong kerja sama Belt and Road yang berbasis integritas, dan menyempurnakan mekanisme kerja sama internasional Belt and Road, memberikan arah kerja sama masa depan Belt and Road dan menyusun rencana kerja.

Presiden Xi Jinping merangkum pengalaman berharga yang terakumulasi selama 10 tahun dari Belt and Road dan menegaskan bahwa manusia adalah komunitas nasib yang saling bergantung. Hanya dengan kerja sama yang saling menguntungkan, kita dapat mencapai tujuan besar dengan baik. Semangat Jalur Sutra yang damai, terbuka, inklusif, saling belajar, dan saling menguntungkan adalah sumber daya terpenting yang memimpin pembangunan bersama Belt and Road. Presiden Xi menekankan bahwa memandang perkembangan negara lain sebagai ancaman, atau memandang saling ketergantungan ekonomi sebagai risiko, tidak akan membuat kita hidup lebih baik atau berkembang lebih cepat. Pembangunan bersama Belt and Road menerapkan prinsip saling terhubung dan saling menguntungkan, mencari pembangunan bersama dan kerja sama yang saling menguntungkan. Konfrontasi ideologis, persaingan geopolitik dan politik blok bukanlah pilihan bagi kami. Yang kami lawan adalah sanksi sepihak, koersi ekonomi, serta decoupling dan gangguan rantai pasokan.

Presiden Xi Jinping juga pertama kali mengusulkan bahwa negara-negara harus bersatu untuk mencapai modernisasi dunia yang damai, saling menguntungkan, dan makmur bersama. Beliau menekankan bahwa Tiongkok bukan hanya mencari modernisasi untuk dirinya sendiri, tetapi berharap dapat mencapai modernisasi bersama dengan negara-negara berkembang lainnya. Modernisasi dunia seharusnya adalah modernisasi yang damai, modernisasi yang saling menguntungkan, dan modernisasi yang menyebabkan kemakmuran bersama. Pihak Tiongkok siap untuk mendalami hubungan mitra kerja sama Belt and Road bersama semua pihak, mendorong pembangunan berkualitas tinggi Belt and Road memasuki babak baru, dan terus berupaya untuk mewujudkan modernisasi bagi negara-negara di seluruh dunia.

Seperti yang disoroti oleh Presiden Xi Jinping, pembangunan bersama Belt and Road diusulkan Tiongkok, namun hasil dan peluangnya dimiliki seluruh dunia. Selama 10 tahun terakhir, Belt and Road telah berjalan dari nol, menghadapi keraguan, penghinaan, dan gangguan, tetapi tetap teguh maju, berjalan dengan percaya diri, dan semakin mendapatkan pengakuan dan dukungan dari mayoritas negara di dunia. Keluarga besar pembangunan bersama Belt and Road semakin berkembang dan makmur. Di balik kesuksesan ini, pada akhirnya karena Belt and Road berdiri di sisi sejarah yang benar, sesuai dengan logika kemajuan zaman, dan mengikuti jalan yang benar bagi umat manusia.

Berbeda dari beberapa mekanisme kerja sama yang pernah diluncurkan  Barat di masa lalu, dan berbeda pula dari yang namanya “strategi” atau “kerangka” yang sedang dilakukan beberapa negara di kawasan Asia-Pasifik saat ini, Belt and Road sedang membangun platform kerja sama untuk mencapai perkembangan bersama, bukan arena persaingan geopolitik, apalagi sebagai alat politik penahanan atau decoupling dan gangguan rantai pasokan. Dalam kerja sama, kami selalu memegang prinsip berkonsultasi bersama, membangun bersama dan menikmati manfaat bersama, tanpa sikap merendahkan, memaksa pihak lain, atau mempolitisasi kerja sama ekonomi dengan syarat tambahan. Dalam kerja sama, kami selalu memperhatikan kualitas tinggi dan keberlanjutan, sepenuhnya menghormati pilihan dan kebutuhan masing-masing negara, dan tidak memberikan beban ekonomi yang tidak masuk akal kepada negara-negara yang berpartisipasi dalam kerja sama. Baru-baru ini, sebagai negara Eropa yang pertama bergabung dalam pembangunan bersama Belt and Road, Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban secara tajam menunjukkan bahwa tuduhan tentang "jebakan utang" terkait Belt and Road Initiative dan Tiongkok adalah penghinaan terhadap negara-negara yang terlibat dalam pembangunan bersama Belt and Road.

Ibu-ibu, Bapak-bapak, dan teman-teman sekalian,

Indonesia adalah tempat penting dalam pembangunan bersama Belt and Road. Selama 10 tahun terakhir, kedua negara terus mendalami sinergi strategis, terus memperbaiki mekanisme kerja sama, dan mendorong pencapaian hasil yang melimpah dalam berbagai bidang kerja sama, menjadikan kedua negara sebagai contoh keberhasilan kerja sama internasional Belt and Road.

Dalam 10 tahun terakhir, nilai perdagangan bilateral kedua negara meningkat dari 50 miliar dolar AS pada tahun 2013 menjadi 150 miliar dolar AS pada tahun 2022, hampir tiga kali lipatnya, di mana Tiongkok telah mempertahankan posisi sebagai mitra perdagangan terbesar Indonesia selama 10 tahun berturut-turut. Melalui jaringan transportasi dan penjualan yang semakin mudah, produk Indonesia semakin dikenal di pasar Tiongkok dan disambut hangat oleh konsumen Tiongkok. Impor Tiongkok dari produk berkualitas tinggi Indonesia seperti minyak sawit dan kopi meningkat secara signifikan, menjadikan struktur perdagangan antara kedua negara semakin seimbang. Dukungan "Jalur Sutra Digital" telah mendorong perkembangan yang berkelanjutan dalam kerja sama industri baru kedua negara, di mana industri seperti perdagangan elektronik, transportasi berbagi, dan keuangan internet tumbuh pesat, dan produk teknologi tinggi dari perusahaan seperti Huawei, Xiaomi, Vivo, Oppo, dapat dengan mudah ditemui di Indonesia.

Dalam 10 tahun terakhir, investasi Tiongkok di Indonesia terus berkembang dan telah menjadi sumber investasi asing terbesar kedua bagi Indonesia. Pada tahun 2022, investasi langsung Tiongkok di berbagai sektor di Indonesia mencapai 21,5 miliar dolar AS, menyumbang seperempat dari total investasi asing yang ditarik oleh Indonesia. Bank sentral kedua negara telah membangun mekanisme penyelesaian dalam mata uang masing-masing, dan telah memperbarui perjanjian swap bilateral dalam mata uang lokal (Bilateral Currency Swap Arrangement - BCSA) beberapa kali, yang skala pertukarannya telah diperluas hingga 250 miliar yuan (RMB). Silk Road Fund telah menandatangani perjanjian kerangka investasi dengan Indonesia Investment Authority (INA) , menyuntikkan dana sebesar 20 miliar yuan (RMB).

Dalam 10 tahun terakhir, pertukaran antar masyarakat kedua negara telah berkembang pesat. Menurut statistik pemerintah Indonesia, jumlah wisatawan Tiongkok yang mengunjungi Indonesia mencapai 2,07 juta orang pada tahun 2019, menjadikan Tiongkok sebagai salah satu sumber utama wisatawan asing di Indonesia. Sejak awal tahun ini, pertukaran antar masyarakat kedua negara telah cepat mengatasi dampak pandemi Covid-19  dan kembali normal. Saat ini, jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Tiongkok telah mencapai lebih dari 15.000 orang. Dalam lima tahun mendatang, pihak Tiongkok juga akan menyediakan lebih dari 3.000 beasiswa pemerintah untuk Indonesia. Pertukaran antara daerah kedua negara juga sangat aktif, dengan 28 pasang provinsi dan kota yang telah menjalin hubungan persahabatan.

Dalam 10 tahun terakhir, kerja sama infrastruktur antara kedua negara terus mencapai kemajuan penting. Pihak Tiongkok secara aktif mendukung Program Tol Laut yang diusulkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), ikut serta dalam pembangunan proyek strategis dan infrastruktur penting seperti jalan tol, rel kereta api, dan pelabuhan di Indonesia. Proyek-proyek ikonik dalam sinergi strategis pengembangan kedua negara secara berturut-turut diluncurkan, dan sejumlah proyek awal sedang berangsur-angsur diwujudkan. Pembangkit listrik yang dibangun oleh perusahaan Tiongkok di Indonesia sekarang menyumbang seperempat dari total produksi listrik di Indonesia.

Pada tanggal 17 Oktober 2023, saat kunjungan Presiden Jokowi ke Tiongkok, kedua kepala negara secara bersama-sama mengumumkan resmi beroperasinya Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Hal ini merupakan satu momen bersejarah lagi dari kerja sama kedua negara. Sebagai proyek unggulan dan tanda Belt and Road antara Tiongkok dan Indonesia, sejak awal pembangunannya, KCJB telah memberikan manfaat nyata bagi ekonomi dan kehidupan mysarakat kedua negara, menunjukkan dampak dan daya tarik yang kuat. Menurut perkiraan yang belum lengkap, KCJB telah menciptakan 51.000 lapangan kerja di Indonesia. Setelah beroperasi, diperkirakan industri pendukung terkait akan menciptakan lebih dari 30.000 lapangan kerja lagi.

Dalam beberapa bulan terakhir, KCJB telah menjadi pusat perhatian dari berbagai pihak. Banyak teman dari Indonesia telah mencoba naik kereta cepat tersebut, bahkan sulit mendapatkan tiket. Saya melihat, dari Presiden Jokowi hingga masyarakat umum Indonesia, ketika layar elektronik di dalam gerbong menunjukkan kecepatan 350 kilometer per jam, semua orang tersenyum lebar. Masyarakat Indonesia merasa bangga dengan KCJB. Ini memang merupakan sesuatu yang patut dibanggakan. Karena dengan beroperasinya KCJB, Indonesia menjadi negara kedua di dunia setelah Tiongkok yang memiliki kereta cepat berkecepatan 350 kilometer per jam, suatu pencapaian yang luar biasa. KCJB tidak hanya merupakan kebanggaan Indonesia, tetapi juga kebanggaan bersama antara Tiongkok dan Indonesia! Baru-baru ini, Presiden Jokowi memberi nama KCJB dengan nama yang megah, yaitu "WHOOSH," yang konon terinspirasi oleh suara keras kereta cepat yang melintas. Tentang hal ini, netizen Tiongkok mengatakan: "Nama ini sangat bagus. Dengarlah, inilah suara kerja sama antara Tiongkok dan Indonesia, inilah suara Belt and Road!"

Dalam 10 tahun terakhir, hasil yang kaya dan kemajuan penting yang dicapai dalam pembangunan bersama Belt and Road antara Tiongkok dan Indonesia, terutama berkat perhatian dan bimbingan kedua kepala negara, dan juga tidak dapat lepas dari upaya bersama kedua rakyat kita. Saat ini, hubungan antara Tiongkok dan Indonesia sedang berada pada titik puncak sejarah yang terbaik. Selama kehadiran Presiden Jokowi dalam BRF ke-3 dan kunjungan kenegaraan yang sukses, kedua kepala negara telah mencapai kesepakatan penting untuk mendalami hubungan strategis komprehensif dan membangun Komunitas Senasib Sepenanggungan Tiongkok-Indonesia. Pernyataan Bersama tentang Memperdalam Kerja Sama Strategis Komprehensif yang telah dirilis, menandai masuknya hubungan kedua negara ke tahap perkembangan baru dan menetapkan arah bagi kerja sama dan pertukaran nyata kedua negara.

Pada saat yang sama, perkembangan hubungan Tiongkok-Indonesia juga merupakan cerminan dari pencapaian bersejarah yang telah dicapai Tiongkok dalam neighborhood diplomacynya. Kemarin, Tiongkok dengan khidmat mengadakan seminar internasional untuk memperingati 10 tahun konsep persahabatan, ketulusan, saling menguntungkan dan inklusivitas dalam neighborhood diplomacy. Presiden Xi Jinping menyampaikan sambutan tertulis kepada seminar tersebut. Presiden Xi menunjukkan bahwa kebijakan dasar neighborhood diplomacy Tiongkok adalah mengupayakan persahabatan dan kemitraan dengan negara-negara tetangganya, serta membangun lingkungan yang bersahabat, aman, dan sejahtera, dengan mengedepankan konsep persahabatan, ketulusan, saling menguntungkan, dan inklusivitas. Di masa depan, Tiongkok akan terus melaksanakan konsep tersebut, sambil memberikan makna baru dan pengembangan baru kepada konsep tersebut, mempromosikan nilai-nilai Asia dengan perdamaian, kerja sama, inklusivitas dan integrasi sebagai intinya, serta bersama-sama mendorong proses modernisasi di Asia, supaya perkembangan Tiongkok yang berkualitas tinggi saling melengkapi dan memperkuat dengan lingkungan sekitar yang baik. Tiongkok akan bekerja sama dengan negara-negara tetangga untuk membangun tanah air Asia yang damai, tenteram, sejahtera, indah, dan bersahabat simbiosis. Pada hari yang sama, Tiongkok juga merilis dokumen "Pandangan Kebijakan Neighborhood Diplomacy Tiongkok di Era Baru", yang secara komprehensif menguraikan hasil praktis, konsep kebijakan, dan tujuan neighborhood diplomacy Tiongkok.

Indonesia adalah negara besar di kawasan dengan perkembangan ekonomi yang pesat dan pengaruh internasional yang meningkat. Indonesia selalu menjadi posisi penting dan prioritas dalam neighborhood diplomacy Tiongkok. Kami sangat percaya bahwa di bawah bimbingan yang benar kedua kepala negara, dan dalam proses dimana Tiongkok terus melaksanakan konsep persahabatan, ketulusan, saling menguntungkan, dan inklusivitas dalam neighborhood diplomacy, serta bergandengan tangan dengan negara-negara tetangga menuju modernisasi, Kemitraan Strategis Komprehensif Tiongkok-Indonesia satu dekade ke depan akan lebih baik, begitu juga pembangunan bersama Belt and Road kedua negara satu dekade ke depan!

Ibu-ibu, Bapak-bapak, dan teman-teman sekalian,

Penyelenggaraan BRF ke-3 terjadi pada saat konflik antara Palestina dan Israel kembali memanas. Di saat-saat khusus seperti ini, negara-negara mengakui bahwa kerja sama Belt and Road membawa harapan perdamaian dunia dan peluang perkembangan global, namun juga merasa prihatin akan situasi internasional yang semakin rumit dan tantangan-tantangan berat yang dihadapi umat manusia. Mengapa, di abad ke-21 yang sudah sangat maju ini, masih banyak negara yang kesulitan untuk berkembang dan masih jauh dari mencapai tujuan modernisasi? Mengapa, lebih dari 70 tahun setelah Perang Dunia II berakhir, beberapa wilayah masih terus mengalami konflik, dan cahaya perdamaian masih jauh dari tampak? Akar permasalahannya terletak pada kenyataan bahwa aturan dunia saat ini masih belum cukup adil dan masuk akal, dan banyak ketidakadilan sejarah yang diciptakan oleh negara-negara Barat masih belum teratasi dengan efektif.

Sebagai contoh, konflik mendadak di antara Palestina dan Israel, dalam masalah ini, Tiongkok memiliki pandangan yang mirip dengan banyak negara, termasuk Indonesia. Kami percaya bahwa yang paling mendesak saat ini adalah mendorong semua pihak dalam konflik untuk segera gencatan senjata, melindungi kehidupan warga sipil yang tidak bersalah, dan meredakan krisis kemanusiaan yang semakin parah. Pada saat yang sama, akar konflik antara Palestina dan Israel terletak pada terus-menerusnya pendudukan tanah Palestina dan kelalaian terhadap keinginan rakyat Palestina untuk memiliki negara mereka sendiri. Solusi fundamental dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel adalah melaksanakan "Solusi Dua Negara" dan mencapai perdamaian antara Palestina dan Israel. Tiongkok telah dengan tegas mengimbau agar di bawah kepemimpinan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), segera diselenggarakan konferensi internasional yang lebih berwibawa, berpengaruh, dan luas, untuk mengumpulkan konsensus internasional dalam mendorong perdamaian, dan mendukung penyelesaian komprehensif, adil, dan berkelanjutan terhadap masalah Palestina.

Namun, kami menyesali bahwa tidak semua negara berdiri di sisi sejarah yang benar, atau berada di pihak kebanyakan negara di dunia. Baru-baru ini, draf resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai masalah Palestina mendapat dukungan dari sebagian besar anggota, namun akhirnya tidak disetujui karena satu suara penolakan dari Amerika Serikat. Pada saat konflik Palestina-Israel dan krisis kemanusiaan yang terjadi begitu parah, jika beberapa negara terus berpihak pada kepentingan pribadi, bahkan memperburuk situasi, itu adalah tindakan yang sangat salah dan tidak etis. Tindakan semacam itu hanya akan membawa bencana yang lebih dashyat bagi rakyat yang terlibat dalam konflik dan akan membuat kawasan Timur Tengah tidak pernah merasakan kedamaian.

Selain konflik antara Palestina dan Israel, kita masih dihadapkan pada banyak tantangan bersama. Risiko kenaikan polarisasi, fragmentasi, dan ketidakteraturan global semakin meningkat, sementara berbagai faktor ketidakstabilan, ketidakpastian, dan kejutan terus menumpuk. Masyarakat internasional semakin menginginkan perdamaian dan perkembangan, merindukan keadilan, dan semakin mendambakan kerja sama dan win-win (kemenangan bersama). 


Menghadapi tantangan ini, sebagai negara besar yang bertanggung jawab dan memiliki perhatian global yang kuat, Tiongkok terus berpikir dan bertindak, dan terus memberikan energi positif bagi perdamaian dunia dan membawa peluang baru bagi perkembangan global. Mulai dari kerja sama dalam Belt and Road hingga mendorong pembentukan Komunitas Senasib Sepenanggungan Manusia, dari mengusulkan tiga inisiatif besar yaitu Global Development Initiative (GDI), Global Security Initiative (GSI) dan Global Civilization Initiative (GCI), hingga mengemukakan visi besar untuk mencapai modernisasi dunia, kami terus memberikan kontribusi dengan kebijakan dan solusi Tiongkok, memberikan kunci emas untuk menghadapi tantangan global dan menyelesaikan masalah global. Kami selalu yakin bahwa, perdamaian dan perkembangan dan kerja sama yang saling menguntungkan adalah tren global dan aspirasi umat manusia. Asal masyarakat internasional, terutama negara-negara berkembang yang menyumbang mayoritas dunia, termasuk Tiongkok dan Indonesia, terus memperkuat solidaritas dan kerja sama, pasti akan dapat mencapai stabilitas jangka panjang dunia, pasti bisa mewujudkan masa depan yang lebih baik yang penuh dengan perkembangan dan kemakmuran bersama.

Akhir kata saya ucapkan selamat sukses seminar kali ini. 

Terima kasih!